Sejak ikut kelas matrikulasi aku baru tau, ternyata psikologi ini bukan ilmu yang dilihat dari sudut pandang tunggal seperti akuntansi, matematika, fisika atau kimia, yang jelas batas antara mana yang salah dan mana yang benar. Cabang ilmu psikologi ini sendiri punya banyak tokoh yang punya teori psikologinya masing-masing, dan bisa jadi teori itu saling bertentangan satu sama lain.
Contohnya aja, Skinner, Bapak aliran Behaviorism—dan modelnya tokoh Brain, si tikus putih ambisius berkepala gede yang ada di Animaniacs—yang setelah melakukan beragam uji coba dengan tikus, menyatakan bahwa manusia akan memberikan respon tertentu sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Jadi, si tikus tak berdosa ini dimasukan ke dalam kotak yang udah diatur sedemikian rupa. Ada satu tombol serta satu lampu di sana (correct me if I'm wrong). Eyang Skinner dari Amerika ini akan menyalakan lampu di dalam box itu. Kalau tikus tidak melakukan apa-apa, lantai dari box yang bisa menghantarkan listrik akan menyetrum si tikus. Kalau tikus menekan tombol itu, maka setrumannya berhenti. Ada lagi di percobaan yang lain, dengan menekan tombol, sepotong makanan kecil akan muncul di tempat yang telah disediakan di dalam kotak.
Ternyata, setelah diuji berkali-kali, si tikus kecil akan melakukan hal yang sama, yakni yang membuatnya terbebas dari setruman, dan mendapatkan makanan. Konsep inilah yang menjadi dasar sistem "reward and punisment" yang sampai sekarang masih banyak dipakai oleh perusahaan dalam mendisiplinkan karyawannya.
Ada lagi aliran Psikoanalisis yang merupakan satu-satunya aliran yang menggali tentang unconscious mind, misalnya seperti mimpi dan hipnosis. Aliran ini meyakini bahwa mental manusia itu aktif dan segala sesuatu yang dilakukan manusia itu dikendalikan oleh kekuatan tak sadar atau alam bawah sadarnya. Tokoh utamanya adalah Freud (baca: Froid) tokoh aliran Psikoanalisa, yang sangat terkenal di kalangan pembelajar psikologi di Indonesia. Kakek tua ganjen kelahiran Hungaria (sekarang Ceko) ini terkenal dengan buku tafsir mimpinya yang luar biasa tebel dan semua arti mimpinya dihubungkan dengan nafsu seks manusia. Bahkan bayi pun dia anggap mulai mengenal pengalaman seksual dari ibunya, yaitu pas si ibu menyusui anaknya. Ya ampuuunnnnn... Apa ga malu dia yaaaaaa... Udah putus kali saraf malunyaaa
Psikoanalisis ini sangat berkembang sekarang. Dalam aplikasinya kini, salah satunya, psikoanalisa dipakai untuk analisa gambar waktu kita mengikuti tes gambar untuk tes IQ, tes masuk kuliah dan tes masuk kerja.
Yang ketiga, aliran Humanistik yang dikenal dengan the Third Movement. Nah, aliran yang lebih positif memandang manusia ini lahir dari orang-orang yang engga sepaham dengan dua aliran awal tadi. Mereka menganggap behaviorism terlalu menganggap manusia sebagai mesin, yang bisa diperlakukan seenaknya... Mereka juga mengkritik habis Freud dan psikoanalisanya yang memandang manusia itu rendah, hina, dan sexual driven. Di aliran ini, para tokohnya berpendapat kalau manusia itu punya keunikan, harapan, hakikat, berhubungan dengan lingkungannya, bisa aktualisasi diri dan bisa memilih dalam hidupnya. Kebebasan itu penting, dan manusia harus bertanggungjawab terhadap apa yang ia pilih. Beberapa tokohnya yang terkenal antara lain Nietzsche, yang populer dengan quotenya, "God is Dead!". Dia bilang begini setelah melihat hilangnya keyakinan masyarakat Eropa terhadap Tuhan. Ada pula Abraham Maslow si perancang piramida Hierarchy of Needs yang dipelajari anak psikologi dan manajemen, juga mungkin oleh beberapa cabang ilmu lain.
Dari ketiga aliran besar psikologi ini, muncul cabang-cabangnya yang lain. Jadi intinya,, psikologi itu abstrak. Bisa dilihat dari paradigma manapun. Contohnya, dalam mengasuh anak. Ada saja orang tua yang mendidik anak dengan memberi reward jika anaknya berlaku baik, dan memberi hukuman jika si anak berbuat salah. Orang tua di sini menganut aliran behaviorisme. Orang tua yang lain hanya fokus kepada kebaikan anak, dan tidak mau menggunakan hukuman untuk anaknya jika ia berbuat salah. Nah, orang tua di sini menganut aliran positivisme. Terus mana yang benar?? Well,, selama kuliah psikologi ini aku mulai mengenal kalo kebenaran itu sendiri relatif. Kebenaran itu tergantung oleh kita. Sehingga kita harus bisa menghargai adanya perbedaan-perbedaan di sekitar kita.
Jadi memang benar kalo sekolah itu penting, karena fungsi sekolah adalah untuk mengembangkan kerangka berpikir anak. Dari sini juga aku mulai memahami, dengan semakin tingginya pendidikan seseorang, seharusnya semakin wise pula dia dalam melihat segala sesuatu. Sayangnya masih banyak orang yang menganggap pendidikan itu engga lebih penting dari kesejahteraan. Pantas aja masih banyak orang yang dengan gampangnya men-judge orang lain, merasa dirinya dan kelompoknya yang paling benar, eksklusif, bertindak anarkis, brutal, daaan sebagainya... Hanya karena tidak suka dengan kelompok yang tidak sependapat dengan dirinya... *sigh...
Puti sayang, karena aku gak terlalu mendalami psikologi, maka komennya harap dimaklumi kalau rada 'shallow' ya :D
BalasHapus1. Karena dulu ngambil topik skripsi yang berkaitan dengan penggajian, jadi berpikir apakah gaji merupakan boost yang cukup efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan? Berdasarkan pengamatanku, kinerjanya gak sesederhana itu. Karena perasaan puas setelah kenaikan gaji hanya bersifat temporari.
Nah, dikaitkan dengan pendidikan anak, berarti selalu memberinya imbalan atas kebaikan yang dia lakukan mungkin bisa jadi gak terlalu efektif.
2. [Kakek tua ganjen kelahiran Hungaria (sekarang Ceko) ini terkenal dengan buku tafsir mimpinya yang luar biasa tebel dan semua arti mimpinya dihubungkan dengan nafsu seks manusia.]
[Psikoanalisis ini sangat berkembang sekarang. Dalam aplikasinya kini, salah satunya, psikoanalisa dipakai untuk analisa gambar waktu kita mengikuti tes gambar untuk tes IQ, tes masuk kuliah dan tes masuk kerja.]
Hah? Berarti gambar yang kita buat dalam tes IQ itu dapat digunakan untuk menganalisa kecenderungan seks kita? Oh my...... @___@
3. [fungsi sekolah adalah untuk mengembangkan kerangka berpikir anak]
Put, aku punya contoh kasus. Ada orang tua yang berusaha menanamkan bahwa prestasi dalam sekolah tidaklah penting. Dan aku lihat, hal itu membuat anak-anaknya, yang notabene memiliki IQ di atas 130, jadi gak terlalu berminat sama sekolah. Menurut Puti?
Thanks buat komennya mutt,,^^
BalasHapus1) Oh gitu ya, terus neliti lebih lanjut ga mut, yg lebih efektif dibandingkan reward & punishment apa? Kalo ada infonya share di sini yaa :)
Jadi soal reward & punishment ini ternyata ada aturan mainnya supaya bisa efektif. Jadi ada beberapa konsepnya, aku ga terlalu mendalami ini sih, nanti coba aku tanya ke temen2 di peminatan SDM ya :>
Yang pasti, ada satu konsep pemberian reward & punishment yg menarik. Reward itu bagus kalau diberikan secara acak waktunya. Jadi si anak atau karyawan ga bisa menerka-nerka kapan dia akan dikasih hadiah atau penghargaan atas kinerja baik mereka. Begitu dapat reward yg ga disangka2, diharapkan mereka jd lebih termotivasi buat selalu berbuat baik.
Sedangkan untuk punishment ga bisa kita lakukan cara yang sama. Punishment ini kan bertujuan untuk membuat efek jera sama pelaku yang berbuat salah, jadi harus konsisten. Begitu ada yg berbuat salah dan harus dihukum, hukumannya harus langsung diberikan saat itu juga dan untuk siapa pun yang memang layak dihukum. Jadi bagi orang yang dihukum dan yang menyaksikannya, jadi berpikir kalau mereka ga bisa sembarangan melakukan kesalahan.
Pemberian reward yang terus menerus justru akan membuat anak/karyawan lama kelamaan turun motivasinya karena dia udah tau hasil apa yang akan dia dapatkan.. dan Pemberian punishment yang ngga jelas juga ga akan bikin mereka jadi jera.... Masuk akal sih konsep ini
2) Biiisaaaa... hehehe
Waktu SMA aku pernah dikasih temen buku analisa gambar buat psiko-test. Sstt,, harusnya dirahasiain loh ini,, ga tau deh kok dia bisa dapet :p
Jadi emang bisa kok ngelihat kecenderungan kita dari segi manapun termasuk kecenderungan seks. Tapi aku ga terlalu inget lagi analisanya gimana... hahaa
Eh, tafsir mimpi si Freud itu jangan dipercayain bener semuanya,, menurut aku emang udah isi otaknya kayak gitu :p Masih banyak tokoh psikoanalisis lain yang lebih "bersih" pikirannya :D
3) Sepakat, aku ga ngerasa prestasi penting2 amat.. Tapi udah terlanjur dianugerahi otak cerdas, ya mau gimana yah mut,, ahahahahah :))
Eh aku mau ngebahas soal ini juga di tulisan lain loh. Tunggu aja yaaah~~~
1. Belum meneliti lebih lanjut Put. Sebnarnya masih menyimpan keinginan untuk ambil sertifikasi internasional di bid remunerasi. Tapi yah, masih belum bisa dalam waktu dekat kayaknya :)
BalasHapus2. Bukunya dijual di Gramed, Put. Dulu aku juga beli waktu mau ikutan USM. Hihihi. Tapi gak ada analisa menyangkut seks sama sekali.
3. Ahhhh, tapi kan sayang Put. Mereka jadi gak punya keinginan buat maju. Padahal mereka punya modal yang cukup bagus, yaitu otak mereka. Ada yang bilang, semakin jenius seseorang, semakin ngaco tindakan mereka (kalau gak diimbangin EQ & SQ yang baik). Bener gak sih?
4. Hahaha.... Aku suka Animaniacs! Masih inget gak lagunya yang:
"Kami Animaniaaaaacsss, kami sudah dikontrak"
Hihi,, masih rada ingat sama lagunya Animaniacs.. Sayang deh filmnya ga diputer lagi,,
BalasHapusHmm iya sih jadinya mereka ga termotivasi buat maju ya...
Terus mereka mau jadi apa dong? Punya cita-cita ga?? Kalau ada target yang dikejar harusnya mereka jadi semangat belajar
jadi klo belajar bisa wise (bijak) dong.. bijaksana, bijaksini, ma bijak dimana-mana yah? hihiihi...
BalasHapuseniwei, setuju banget mang soal pendidikan ini. mereka-mereka yg bersekolah mang harusnya diajak diskusi. biar ga terima mentah2 aja apa yg diajarin di kampus ato sekolahnya. jadi pola pikirnya kebangun ga cuma soal apa yg dipelajari. tapi juga soal bagaimana sebenarnya hidup ini berjalan...
Put, gw kira dikau nulis yang lucu-lucu. Oh God, nyesel daku baca kaya ginian saat suntuk. Malah mengingatkan aku akan tugas2..ckckcckckck
BalasHapusCita-citanya jadi pedagang.Jadi tagline bapak ibunya, 'Ngapain sekolah bagus2 kalau mau berdagang' -_____-"
BalasHapuskembali saya bilang niy put, mungkin klo manusia dipelajari di ilmu psikologi, klo versi hewan-tumbuhan-virus-bakteri-jamur, diplajarinya di biologi perilaku :p (maap yak klo sotoy ^^v), sama2 blajar dr eyang skinner ato eyang lorentz yg ngajarin bebek2nya hehe,,
BalasHapusdan tampaknya smuanya bersumber dr aplikasi kerja syaraf ya,mungkin salah satunya dgn lahirnya ilmu psikologi ini :D
intinya saya mendukung puti skolah di psikologi di kampus terbanyak danaunya p(^_^)q (lho gak nyambung :p)
Betull teh dina,, satu kalimat aja buat ngerespon komen teteh....:
BalasHapusPastinya karena teteh ngebet banget mau kuliah di UI jugaaa! :D
saya siyh ngebet tempatnya ajah :p, klo kuliahnya hmm,,enakan nongkrongnya kyknya put,,adeeeemmm-dinginnn :p enak buat bobo ya kyknya di bawah2 pohon2 gedenya,,hehe
BalasHapus