Serba Serbi Stres

Ada satu topik menarik di kuliah Pendekatan Teoritis dalam Psikologi bersama Bang Hamdi dan Mba Intan beberapa hari yang lalu. Kelompok Sari, Prince dan Ruth membahas pendekatan psikologi dilihat dari kacamata biologi. Salah satu hal yang dibahas adalah stres. Begitu presentasinya selesai, kami pun ngobrol macam-macam tentang stres ini....

 Stres itu ternyata tidak cuma bersifat kognitif—alias menyangkut pikiran kita—lho, tapi juga bisa bersifat biologis. Maksudnya gini, biasanya 'kan kita stres karena banyak masalah sehingga pikiran kita jadi jenuh... Nah, ternyata ada juga stres yang diakibatkan oleh faktor biologis seperti kalau kita berada di ketinggian. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah tekanan udaranya. Akibatnya tubuh kita yang tidak terbiasa berada di tempat bersuhu rendah, akan berusaha untuk beradaptasi dan jadi stres. Ini dia yang dinamakan stres karena faktor biologis.

 Sekarang, masuk ke pembahasan biologisnya,

*btw penjelasan ini masih harus diverifikasi sih, soalnya kita sebenernya 'kan ga belajar biologi ,,

 Saat kita stres, tubuh kita menghasilkan hormon cortisol yang nantinya akan mengeluarkan karbohidrat. Karbohidrat inilah yang selanjutnya akan diubah menjadi glukosa yang dapat menguatkan tubuh kita. Ingat, kalau lapar artinya kita kekurangan glukosa, 'kaan.. Jadi tubuh kita sendiri pun sebenarnya punya sistem untuk menstabilkan kondisi kesehatan kita.

 Yang menarik nih, kenapa sih glukosa yang dihasilkan sama karbohidrat ini?

 Jadi, ternyata ini berhubungan dengan kondisi manusia zaman dulu! Kalau dirunut lagi ke belakang... Dulu waktu kita masih berada di zaman purba, penyebab kita stres adalah saat kita merasa terancam, misalnya terancam sama kehadiran hewan buas. Nah glukosa yang terbentuk oleh tubuh kita dibutuhkan supaya tubuh semakin kuat sehingga kita bisa fight or flight, melawan si hewan itu atau kaburrr... Glukosanya pun terbakar,,

 Lalu gimana dengan kondisi di zaman modern ini?

 Masalah manusia zaman sekarang udah kompleks... Ngga semuanya bisa diselesaikan dengan cara kelahi atau lari seperti dulu lagi. Akhirnya, glukosa yang terbentuk dalam tubuh kita itu ga kepake. Jadilah si glukosa menumpuk dan bikin kita gemuk!

 Itu sebabnya olahraga dikatakan baik untuk mengatasi stres. Olahraga akan membakar glukosa kita. Dengan olahraga juga tubuh akan memproduksi hormon bahagia, yaitu endorphin. Bahkan sampai-sampai para pelari bisa ngerasain runner's high lho setelah berlari jarak jauh. Iya, runner's high ini adalah perasaan nge-fly-nya para pelari :D

 Dengan munculnya rasa bahagia, emosi kita pun membaik, mood naik, dan masalah yang kita hadapi jadi terasa bukan masalah lagi.

 Tentunya, kita ngga sering stres berkepanjangan, 'kan? Kalau kita sampai stres berkepanjangan, kinerja karbohidrat kita akan disalurkan secara berlebihan untuk diubah menjadi glukosa. Akibatnya fungsi karbohidrat yang salah satunya sebagai penyimpan memori pun jadi terganggu.

 Contohnya aja, pramugari-pramugari cantik yang terbiasa ngalamin jetlag karena sering terbang jarak jauh dan dalam waktu lama, ternyata ditemukan bahwa hipotalamus mereka, yaitu bagian otak yang merupakan pusat memori, rusak. Akibatnya, daya ingat para pramugari itu pun menurun....  Jadi,, kesimpulan ngaco dari Bang Hamdi buat para laki-laki di kelas adalah.. "Makanya kalau mau cari istri, cari yang pramugari,,,!"

 Yaelahh,,,