Laman

Senin, 14 Maret 2011

Penghargaan Orang Tua terhadap Ilmu

Baru saja aku mewawancarai seorang teman, karena diberi tugas berlatih wawancara fenomenologi (sesuai suatu fenomena atau kejadian). Temanku ini punya buanyak pengalaman. Dia seorang ustadzah, pernah mengajar di SMA, bekerja sampai level executive manager, bahkan pernah pula jadi caleg tingkat wilayah di Pemilu 2004 lalu!

Topik yang aku pilih untuk wawancara ini adalah mengenai pengalamannya terjun ke dunia politik hingga dicalonkan jadi caleg, karena ini pengalaman unik buatku. Ngga semua orang yang kukenal mau terjun ke dunia politik.

Jadi, kutanyakan dia beberapa macam pertanyaan, sampai ke pertanyaan tentang bagaimana dia bisa membuat keluarganya (terutama ibunya) menerima aktivitasnya bergabung dengan sebuah partai. Tak kusangka--karena selama ini aku tahu diantara saudara-saudaranya yang total berjumlah 8 orang termasuk dia, ibunya paling demen sama dia--ternyata dulu dia langganan kena amukan ibunya!


Pertama, karena memang di era orde baru dulu, setiap kekuatan-kekuatan baru yang berpotensi berkembang pasti diawasi dengan ketat oleh pihak yang berkuasa, jadi ibunya khawatir dengan keselamatannya. Apalagi karena alasan kedua, yaitu karena partai tempat ia beraktivitas adalah salah satu partai dakwah. Karena label Islam yang tidak begitu baik di zaman itu, ia dikhawatirkan akan menjadi seorang ekstrimis. Jadilah setiap dia melakukan suatu perubahan terhadap dirinya, ibunya menyoroti dan memarahinya bila ia tidak suka.

Salah satu kejadian yang ia ceritakan adalah saat ia mulai rajin membeli buku agama dari penghasilannya mengajar privat ketika menjadi mahasiswa. Bukannya mendukung seperti mama-papaku, atau bersikap indifferent seperti kakakku, atau kadang tertarik kalau topiknya tentang jodoh dan konspirasi dunia seperti adikku (ngga selaras-dan-serasi-"tapi-mungkin-seimbang" begini ya, kesukaan si tika ^^, tapi gapapa dek, go for it!!) ibunya justru lagi-lagi memarahinya,

"Ngapain sih kamu pakai gajimu buat beli buku agama?! Sekali-kali beli baju kek..!!". Dia pun menjawab, "Bu, kalau aku beli buku ini, untuk anak cucuku nanti dan akhiratku kelak ini akan bermanfaat. Kalau aku belikan untuk baju, cuma sebentar kegunaannya. Inilah warisan yang berharga milik kita". Biarpun sering dimarahi dan berbeda pendapat dalam berbagai hal sampai si teman pernah kabur dari rumah karena ini, ia memaklumi ibunya yang memiliki keterbatasan ilmu agama.

*****
Itulah sekelumit kisah hidup temanku itu saat masa-masa awal dia berjuang menuntut ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain. Kini hubungannya dengan ibunya sangat baik seperti yang kusampaikan di atas tadi. Kisah tentang dia dan buku-bukunya ini sangat menarik. Aku baru tahu kalau ada orang tua yang bersikap begitu terhadap ilmu. Apalagi terhadap anaknya yang kehausan ilmu. Ya, jadi bersyukur sekali, ternyata selama ini aku diberi Allah banyak sekali akses untuk membuka pintu-pintu ilmu pengetahuan oleh orang tua, yang ngga pernah benar-benar aku sadari sebelumnya. Dulu, meski keuangan orang tua pas-pasan, aku tetap bisa mereka sekolahkan di sekolah-sekolah unggulan, sampai kini bisa belajar di tingkat magister. Kalau mau ikut pengajian, seminar ini-itu, workshop ini-itu, les ini-itu, beli buku impor (yang mahal bangeett.. 25% hati ini menyesal sesudah beli T__T) dan komiiikk, pasti dibolehin, kadang juga dibayarin. Hiks, makasih papa & mama....

Jadi ingat, guru yang mengajariku dan teman-teman waktu di SMA, pernah berpesan kepada kami, "Kalau orang tua kalian kaya, banyak uangnya. Jangan tanggung-tanggung, manfaatkan mereka sehabis-habisnya!!", seru si pak guru berkoar-koar.

Loh, kok malah dimanfaatkan sih, Pak?

"Manfaatkan uang mereka buat memfasilitasi kalian dalam menuntut ilmu!!"

Ooohh... gitu toh Pak, kirain ini si pak guru ngajarin ga bener.. hehehe....

2 komentar:

  1. Ilmu pengetahuan adalah salah satu modal untuk bisa 'bertahan hidup' di dunia ini dan bekal untuk bisa selamat di dunia nanti :D

    BalasHapus
  2. Bersyukurlah bagi mereka yang berada di keluarga mampu, kejarlah ilmu setinggi2nya, untuk kemudian dibagi dengan mereka yang tak mendapat "keberuntungan" serupa.....Indahnya berbagi..:)

    BalasHapus