Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan. Ada orang yang bisa melaluinya begitu saja, ada juga yang justru jadi stuck, tidak berani mencoba lagi karena kegagalan yang dialaminya. Oke, ternyata sebenarnya ada cara buat mengubah nasib jelek yang selama ini menghantui itu, lho! So bye bye worries...!
Berdasarkan teori mengenai learned optimism oleh Martin Seligman, orang yang optimis dapat dilihat dari bagaimana sikapnya menghadapi kegagalan. Ciri-cirinya terdiri dari tiga hal:
- Yakin penyebab kegagalannya adalah karena faktor dari luar dirinya (cth: external attribution)
- Yakin kalau kejadian yang sama tidak akan terulang lagi (cth: variable attribution)
- Yakin kalau kegagalannya hanya pada satu area saja, bukan area lainnya (cth: specific attribution)
Jadi, begini kira-kira perbedaan reaksi seorang siswa yang optimis dan siswa yang pesimis saat nilai ujiannya jelek...
Siswa optimis:
- "Ah, soalnya 'kan memang susah..." --> external attribution
- "Kemarin-kemarin nilaiku di pelajaran ini bagus, kok" --> variable attribution
- "Biarpun nilaiku di pelajaran ini jelek, tapi aku jago di olahraga dan teman-temanku pun banyak" --> specific attribution
Siswa pesimis:
- "Memang ini karena aku yang payah..." --> internal attribution
- "Wajar saja, nilaiku kemarin-kemarin juga jelek semua..." --> stable attribution
- "Semua yang kukerjakan tidak ada yang berhasil dengan baik" --> global attribution
Menariknya, teori ini diuji coba Seligman untuk memperkirakan hasil pertandingan baseball di tahun 1986 dari berita-berita komentar para pemain setelah menyelesaikan pertandingan di tahun 1985. Tim New York Mets bersikap optimis saat mereka mengalami kekalahan. Misalnya pitcher-nya yang mengomentari keberhasilan tim lawan melakukan home run bilang, "Dia bisa memukul dengan baik malam ini", atau pemain lapangan bagian kanannya yang bilang, "Ya kadang-kadang kita mengalami kekalahan". Sementara tim lain, St. Louis Cardinals mengomentari masa kekalahannya dengan sikap pesimis. Manajernya bilang, "Aargh.. kami tidak bisa memukul! Sudahlah biarkan saja", dan seorang batter tim ini yang gagal memukul bilang, "Padahal bola itu benar-benar bisa dipukul!".
Dari data yang didapat tersebut, Seligman memprediksi di tahun 1986 Mets akan mengalami kegagalan, sementara Cardinals akan mengalami kesuksesan. Hasilnya, ternyata prediksi Seligman terbukti! Mets menang di divisinya, menang di playoff, dan menang di Seri Dunia tahun 1986. Sementara Cardinals lebih banyak mengalami kekalahan daripada kemenangan. Untuk lebih mendapatkan hasil yang meyakinkan, teori ini kembali diuji coba ke beberapa olahraga, dan hasilnya ternyata juga sama!
Jadi bisa disimpulkan kalau kita mau mengubah kegagalan-kegagalan yang pernah kita alami selama ini, kita tinggal mengubah cara berpikir kita dengan menggunakan salah satu dari tiga metode berpikir optimis di atas. Well, good luck with that! ;-)
Sumber: Positive psychology: The scientific and practical explorations of human strengths (2007) oleh C. R. Snyder dan S. J. Lopez
salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
BalasHapusBersabarlah dalam bertindak agar membuahkan hasil yang manis.,.
ditunggu kunjungan baliknya gan .,.
keren. cuma judulnya propokatip ^_^
BalasHapus