Laman

Minggu, 21 Juli 2013

5 Buku "Wajib" Dibaca oleh Kaum Muslim

Selama bulan Ramadhan, kantorku mengadakan kajian Zuhur selepas shalat Zuhur berjamaah setiap harinya. Topik-topik kajian sangat beragam, dan diisi oleh para ustadz dan ustadzah yang kompeten di bidangnya masing-masing. Sebut saja Ahmad Ghozali sang ahli financial planning, Indra Noveldy dan istri sebagai coach pernikahan, serta Bachtiar Nasir pakar topik perang di dunia timur tengah. Ada lagi nama-nama yang sudah tidak asing di telingaku, seperti Salim A. Fillah dan M. Fauzil Adhim. Satu ilmu baru setiap hari. Jadilah acara kajian zuhur ini sebagai salah satu kegiatan yang sangat memotivasiku untuk berangkat ke kantor setiap pagi :)

Jumat yang lalu pembicara yang mengisi kajian Zuhur adalah salah satu sastrawan muslimah terbaik yang dimiliki Indonesia, Helvy Tiana Rosa. Penulis novel "Ketika Mas Gagah Pergi" yang merupakan motor gerakan berjilbab di Indonesia pada tahun 2000-an ini membahas peran sastra dalam dakwah Islam--sastra, satu bidang yang paling jarang kusentuh selama ini.

Bunda Helvy menceritakan kekagumannya kepada seorang sastrawan muslim legendaris dari Pakistan--tokoh yang membuat dirinya begitu mencintai sastra (kalau tidak salah ingat, tokoh yang dimaksud bernama Muhammad Iqbal). Salah satu nasihat bermakna pria ini yang sangat menarik bagiku adalah bahwa seorang muslim harus dekat dengan ilmu. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan membaca... membaca... dan membaca!

Sastrawan tersebut berpesan kepada kita bahwa sebaiknya seorang muslim membaca habis lima buku dalam setiap minggu. Kelima buku tersebut terdiri dari jenis yang berbeda-beda. Pertama, buku agama. Tentunya agar kita senantiasa dekat dan dapat lebih memahami agama kita sendiri. Yaah, setidaknya kalau adik atau anak kita nanti bertanya tentang masalah hukum agama ke kita, kita punya cukup ilmu untuk menjawabnya.

Kedua, buku mengenai bidang keahlian kita. Misalnya seorang psikolog membaca buku tentang psikologi, seorang sarjana pertanian membaca buku tentang pertanian. Hal ini bermanfaat agar ilmu kita dapat semakin mendalami ilmu di bidang yang kita geluti.

Buku ketiga, adalah buku di luar bidang keahlian kita. Tentu hal ini supaya kita tidak hanya memiliki pengetahuan yang spesifik di satu bidang saja, tapi kita juga bisa mengerti ilmu di bidang-bidang lain. Ibarat tokoh-tokoh zaman dulu nih, misalnya Socrates, Michael Angelo, dan Ibnu Sina, yang menjadi ahli di beragam bidang, mulai dari matematika, sastra, musik, kesehatan, fisika, serta astronomi.

Keempat, adalah buku sastra. Bunda Helvy menampilkan sebuah quote yang cukup menohok, yaitu bahwa orang pandai yang tidak menguasai sastra ibarat seekor hewan yang tidak memiliki apa-apa, kecuali hanya kepandaiannya. Mengapa demikian? Karena sastra merupakan seni yang dapat membantu kita mengungkapkan pikiran dan perasaan kita, bahkan mempengaruhi orang lain. Dari hal ini pula aku teringat dengan ungkapan lama, bahwa sepintar apapun kita, jika kita tidak menyampaikan ilmu yang kita miliki dengan menuliskannya sehingga dapat bermanfaat bagi orang banyak, maka kepintaran kita itu sia-sia. Padahal dalam Islam, ilmu yang bermanfaat (yang berarti bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain) merupakan amalan ibadah yang tidak akan putus bahkan setelah kita meninggal.

Buku kelima adalah buku kontemporer. Buku ini merupakan buku ter-update, atau yang membahas topik yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat. Hal ini tentu supaya kita tidak pernah ketinggalan berita.

Jadi, kalau bisa mempraktekkan pesan ini, seorang muslim idealnya adalah orang yang cerdas, terbuka, update, dan nyambung jika diajak berbicara, bukan orang yang kuno, kaku, dan tertutup. Ya, nggak...? :)

4 komentar:

  1. 5 buku seminggu? Sekarang baca satu buku aja entah bisa berapa lama selesainya... :(

    BalasHapus
  2. Maksudnya 5 topik kali ya put?. Topik itu bisa jadi bagian dari suatu buku. Jd kalau blm mampu baca 5 buku perminggu, setidaknya baca 5 topik perminggu. Gimana bu putoki?

    BalasHapus
  3. Iyaa, buat kita yg susaaah baca segitu banyak buku. Menurutku bisa dimulai dari yg kecil aja dulu. Misalnya dari baca artikel di koran n majalah :)

    BalasHapus
  4. Iyaa, buat kita yg susaaah baca segitu banyak buku. Menurutku bisa dimulai dari yg kecil aja dulu. Misalnya dari baca artikel di koran n majalah :)

    BalasHapus